Senin, 21 November 2016

MAKALAH : PENGANGGURAN, INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH



 MAKALAH

PENGANGGURAN, INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengangguran, Inflasi dan Kebijakan Pemerintah”.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.



Belitang,     November 2016


Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................      i
KATA PENGANTAR ...................................................................................      ii
DAFTAR ISI .................................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................      1
A.     Latar Belakang ...................................................................................      1
B.     Rumusan Masalah ..............................................................................      1
C.     Tujuan ................................................................................................      1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................      2
A.     Pengangguran.....................................................................................      2
B.     Inflasi ................................................................................................      7
C.     Keterkaitan Penganggurn dan inflasi...................................................      13
D.     Kebijakan Pemerintah.........................................................................      14
BAB III PENUTUP .......................................................................................      16
A.     Kesimpulan ........................................................................................      16
B.     Saran ..................................................................................................      16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................      17











BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenaga kerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan kemiskinan serta kebijakan pemerintah.
Tenaga kerja adalah faktor penting dalam proses produksi. Akan tetapi dalam memandang definisi tenaga kerja sendiri, terdapat dua pandangan (kubu) yang berbeda dan saling menegasikan antara keduanya. Pihak pengusaha di satu sisi dan pekerja disisi lainnya. Hal yang menjadi perdebatan salah satunya adalah tentang upah atau yang sering diperdebatkan yakni mengenai upah minimum.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apakah keterkaitan antara pengangguran dan inflasi ?
2.    Bagaimana kebijakan pemerintahan untuk mengatasi pengangguran dan inflasi ?

C.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui konsep inflasi dan pengangguran.
2.    Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan inflasi dan pengangguran.
3.    Untuk mengetahui apa kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengangguran
Pengangguran adalah salah satu masalah yang ada dalam ekonomi makro yang berhubungan langsung dengan manusia.
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja atau usia produktif (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak atau belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.  Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
1.     Jenis-Jenis Pengangguran
a.    Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
1)      Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah Tenaga kerja yang  tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : pelayan restaurant.
2)      Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Contoh : seseorang yang bekerja paruh waktu.
3)      Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah Tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal. Contoh : banyaknya sarjana yang menganggur karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan.
b.        Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam :
1)      Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Contoh : orang yang telah memasukan lamaran pekerjaan dan sedang menunggu panggilan dari perusahaan dimana tempat ia melamar.
2)      Pengangguran Struktural (Structural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
a)      Akibat permintaan berkurang
b)      Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi
c)      Akibat kebijakan pemerintah
Contoh : seseorang yang bekerja disuatu perusahaan, namun berhenti karena perushaan tersebut ditutup.
c.        Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment) adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya : seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
d.       Pengangguran Siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja. Contoh : orang-orang yang di PHK dari pekerjaannya.
e.        Pengangguran Teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin. Contoh : pengangguran yang terjadi akibat dari pabrik pabrik yang menggunakan tegnologi mesin dan robot untuk menggantikan pekerjaan manusia.
f.         Pengangguran Siklis adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran Siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
g.        Pengangguran konjungtural pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik turunnya) kehidupan perekonomian atau siklus ekonomi.

2.        Penyebab terjadinya Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

3.        Dampak terjadinya Pengangguran Bagi Perekonomian Negara dan masyarakat :
a.      Dampak bagi perekonomian negara, yaitu :
1)      Penurunan pendapatan perkapita.
2)      Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3)      Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
b.      Bagi Masyarakat, yaitu :
1)      Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2)      Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
3)      Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

4.        Kebijakan-kebijakan Pemerintah untuk mengatasi Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan berbagai cara untuk mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
a.    Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
b.   Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
c.    Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
d.   Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional Untuk mengatasi pengangguran secara Friksional antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut :
a.       Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
b.      Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
c.       Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
d.      Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut :
a.        Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
b.        Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara Mengatasi Pengangguran Siklus Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut :
a.         Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
b.        Meningkatkan daya beli masyarakat.

B.     Inflasi
Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Menurut Rahardja Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi. Sementara itu Eachern menyatakan bahwa Inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi. Sedangkan Sukirno memberikan definisi bahwa Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Selanjutnya BPS mendefinisikan Inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi barang.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum Inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
1.    Jenis-jenis inflasi berdasarkan tingkat kelajuan harga-harga yang berlaku :
a.       Inflasi menyerap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya.
Contoh : Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan inflasi menyerap.
b.      Hiperinflasi  adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam waktu yang singkat.
Contoh :  di Indonesia, pada tahun 1965 tingkat inflasi sebesar 500% dan pada tahun 1966 tingkat inflasi mencapai 650%
2.    Jenis-jenis Inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya Inflasi tersebut :
a.       Inflasi tarikan permintaan, Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
Contoh : perusahaan blackberry menawarkan berbagai aplikasi baru, sehingga akan menambah minat masyarakat dan penawaran akan barang tersebut dapat bertambah.
b.      Inflasi dorongan biaya, Inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
Contoh : dalam suatu perusahaan membutuhkan 10 karyawan untuk bekerja sesuai dengan jam kerjanya yang sudah ditentukan, namun karyawan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut hanya separuh dari yang diinginkan. Dan permintaan perusahaan semakin meningkat maka perusahaan akan menaikan upaah aatau gaji yang lebih tinggi untuk karyawan yang mengerjakan permintaan perusahaan yang terus meningkat itu.
c.       Inflasi Diimpor, inflasi yang bersumber dari kenaikan harga barang – barang yang diimpor.
Contoh : minyak yang berasal dari salah satu negara terbesar penghasil minyak yaitu Arab Saudi. Negara Arab akan menaikan harga minyak karena perannya sangat penting dalam proses produksi barang barang industri. Dengan naiknya harga minyak, maka harga biaya produksi pun otomatis meningkat.
3.    Dampak Inflasi bagi suatu Negara
Setiap masalah yang terjadi disuatu negara pasti memberikan dampak bagi suatu negara itu baik dari segi positif dan negatifnya. Begitu juga dengan inflasi, dampak dari inflasi itu tergantung pada tingkat inflasi yang terjadi yaitu parah atau tidaknya. Apabila inflasi itu ringan, maka akan memberikan dampak yang baik atau positif bagi masyarakat dalam arti dapat mendorong perekonomian masyarakat menjadi lebih baik dimana masyarakat dapat meningkatkan pendapatan nasional, dan membuat orang menjadi semangat untuk menabung, bekerja, ataupun melakukan infestasi karena semakin mereka merasa jika semakin banyak mereka bekerja semakin banyak uang yang akan mereka dapat untuk kebutuhan hidupnya. Sebaliknya jika inflasi itu termaksud inflasi parah atau inflasi tinggi maka akan menimbulkan atau menyebabkan berbagai masalah sosial, bahkan keadaan perekonomian menjadi kacau dan terjadi ketidak stabilan ekonomi. Terjadinya inflasi ini bisa membuat masyarakat menjadi merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Adapun berbagai masalah sosial yang muncul dari inflasi yang tinggi adalah :
a.    Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat
Dimana tingkat kesejahteraan masyarakat ini dapat diukur dengan tingkat daya beli masyarakat akan suatu barang sehingga mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan yang semakin rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap. Misalnya seorang yang berpenghasilan rendah maka orang tersebut tidak dapat menyesuaikan antara penghasilan atau pendapatannya dengan laju inflasi. tingkat harga akan suatu barang yang dari waktu kewaktu semakin tinggi. Maka makin tinggi tingkat inflasi, maka makin cepat penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat.
b.    Makin buruknya distribusi pendapatan
Dimana karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang semakin banyak diiringi juga dengan semakin tinggi harga akan suatu barang maka akan menyababkan ketidak stabilan bagi msyarakat antara pendapatan dengan kebutuhan yang harganya semakin meningkat secara terus menerus. Dampak buruknya inflasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Misalnya jika tingkat inflasi mencapai angka 20% pertahun, maka pertumbuhan tingkat pendapatan harus lebih besar dari 20% per tahun. Tetapi dilihat dari pendapatan riil masyarakat semakin memburuk.
c.    Terganggunya stabilitas ekonomi
Stabilitas ekonomi secara sederhana yaitu sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam perekonomian. Dimana produsen memproduksi barang pada kapasitas optimal, dan konsumen memakai barang dan jasa secara optimal sesuai dengan kebutuhan mereka. Kondisi ini mulai terganggu bila inflasi yang relatif tinggi terjadi. Inflasi mengganggu kestabilan ekonomi dengan merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis atau besar menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga akan suatu barang dan jasa akan terus mengalami kenaikan. Karena makin tingginya nilai atau harga suatu barang dan jasa maka penawaran akan barang dan jasa itu akan berkurang. Akibatnya, akibatnya kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Dengan handirnya kondisi ini maka tentu saja kondisi ekonomi akan menjadi semakin memburuk.
Jadi secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara. Serta mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidak stabilan ekonomi, serta merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).
Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
a.       Penurunan nilai uang. Pembekuan sebagian simpanan pada bank–bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah. Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
b.      Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
c.       Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.
d.      Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap.
Berbagai upaya lain juga dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi agar tidak berkelanjutan karena jika inflasi terjadi dalam waktu yang lama maka bisa menyebabkan banyaknya angka pengangguran yang terjadi di suatu negara. Adapun kebijakan lain yang dilakukan pemerintah yaitu:
a.       Kebijakan segi penawaran
Kebijakan segi penawaran adalah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan, sehingga barang dan jasa yang ditawarkan lebih banyak dan lebih murah. Contohnya pemerintah memberikan bantuan subsidi kepada pengusaha kecil menengah.
b.       Kebijakan Energi
Kebijakan energi adalah kebijakan dalam menggunakan energi seefisien dan seoptimal mungkin yang didalamnya terdapat usaha penghematan energi. Misalnya kebijakan konfersi minyak tanah ke gas LPG guna penghematan penggunaan bahan bakar minyak oleh masyarakat.
c.       Kebijakan Penetapan Harga
Kebijakan penetapan harga adalah kebijakan dalam menentukan harga-harga pada tingkat tertentu pada komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Contohnya penetapan tarif dasar listrik oleh pemerintah.
d.      Kebijakan Neraca Pembayaran
Kebijakan ini merupakan kebijakan yang digunakan oleh pemerintah untuk memantau keadaan neraca pembayaran guna memengaruhi nilai tukar. Contohnya larangan impor atau kuota produk tertentu dilakukan guna melindungi para pengusaha ocal dari serbuan produk asing.

C.      Keterkaitan Pengangguran dengan Inflasi
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro.
Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif.
Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil.
Ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.
D.        Kebijakan Pemerintah
1.      Kebijakan fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam perpajakan dan pengeluaran pemerintah atau anggaran untuk memengaruhi pengeluaran agregat. Kebijakan fiskal mengacu pada belanja dan perilaku perpajakan pemerintah. Kebijaka fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
a.       Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
b.      Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.
2.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur dan mengendalikan uang yang beredar di sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
a.        Politik diskonto (Politik uang ketat)
Dimana bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
b.        Politik pasar terbuka
Dalam keadaan seperti ini bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.Operasi pasar terbuka (open market operation), biasa disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money policy), dilakukan dengan menjual surat-surat berharga, seperti obligasi negara, kepada masyarakat dan bank-bank.
c.        Peningkatan cash ratio
Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang. Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
Keterkaitan pengangguran dan Inflasi, yaitu :
Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga.
Kebijakan pemerintah dibagi menjadi 2, yaitu :
a.       Kebijakan fiskal yaitu kebijakan yang mengacu pada belanja dan perilaku pemerintah
b.      Kebijakan moneter adalah proses mengatur dan mengendalikan jumlah uang yang beredar di sebuah negara.

B.     Saran
Terima kasih atas antusiasme dari pembaca yang sudi menelaah isi makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan saran kritik konstruktif kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischer. 1997. Ekonomi Makro. Jakarta : Erlangga.

E.Case, Karl dan Ray C.Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Gregory Mankiw, N. 2006. MAKROEKONOMI. Jakarta : Erlangga.

Herlambang, Tedy, Sugiarto, Brastoro dan Said Kelana. 2002. Ekonomi Makro : Teori Analisis dan Kebijakan. Jakarta : PT. Gramedia Utama Pustaka.

Sukirno, Sadono. 2011. MAKRO EKONOMI : Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sukwiaty, Sudirman Jamal dan Slamet Sukamto. 2007. Ekonomi. Bandung : Yudistira.