BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah
Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak
zaman prasejarah oleh “Manusia Jawa” pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu.
Periode dalam sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra
kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan
Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan. era kolonial, masuknya
orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah
mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad
ke-17 hingga pertengahan abad ke-20, era kemerdekaan, pasca Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966), era Orde Baru, 32
tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta era reformasi yang
berlangsung sampai sekarang.
Tujuan
kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis,
yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan.
Pada tanggal 8 November 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah
melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Disini bangsa
Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate
merasa terancam dan tidak mau disaingi sesama bangsa Eropa, yang dianggap akan
mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian
di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan
Tidore.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah Kolonisasi Spanyol
2.
Kapan Spanyol Mulai Masuk perairan Indonesia
3. Apa Dampak
Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara
4. Garis
waktu kolonialisasi
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui Bagaimanakah Kolonisasi Spanyol
2.
Mengetahui Kapan Spanyol Mulai Masuk perairan
Indonesia
3. Mengetahui
Apa Dampak Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara
4. Mengetahui
Garis waktu kolonialisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kolonisasi
Spanyol
Ferdinand
Magelhaens (kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh inilah, yang
memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi
bulat, saat itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi datar. Dimulainya Kolonisasi
berabad-abad oleh Spanyol bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis,Inggris
dan Belanda.
Dari
Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik,
melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan
dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang
setara emas kala itu. ”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para
pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar
melalui samudera.
Pada
tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago yang
terbesar hingga yang terkecil mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal
terbesar kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13
Desember, mereka mencapai Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau
Pegunungan Sugarloaf, yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro
yang indah untuk perbaikan dan mengisi perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan
ke selatan ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el
paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain. Sementara itu,
udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal 31
Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San
Julián yang dingin.
Pelayaran
tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran
Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali dan belum terlihat satu
selat pun! Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan
pria-pria, termasuk beberapa kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin
pulang saja. Tidaklah mengherankan bila terjadi pemberontakan. Namun, berkat
tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua
pemimpin pemberontak tersebut tewas.
Kehadiran
kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang kuatdan
berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa
ini, para pengunjung tersebut menyebut daratan itu Patagonia dari kata Spanyol
yang berarti "kaki besar" hingga hari ini. Mereka juga mengamati
'serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih yang
berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti gagak'. Tentu
saja tidak lain tidak bukan adalah anjing laut dan pinguin!
Daerah
lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan
sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnyaSantiago
yang kecil. Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang
karam itu. Setelah itu, keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat
kecil bersayap yang terpukul di tengah arus laut yang membeku dan tak kunjung
reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke perairan yang semakin dingin
hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku,
semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya! Akhirnya,
mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat
Magelhaens! Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio dengan
sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.
Ketiga
kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara
tebing-tebing berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang
berkelok-kelok itu. Merek mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan,
kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka menyebut daratan itu
Tierra del Fuego, “Tanah Api”.
Tiba di
Pilipina Magelhaens mengajak para penduduk lokal dan pimpinan mereka untuk
memeluk agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi bencana, dimana kemudian
ia terlibat dalam pertikaian antarsuku. Hanya dengan dibantu kekuatan 60 pria,
ia menyerang sekitar 1.500 penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa meskipun
harus melawan senapan busur, senapan kuno, namun Tuhan akan menjamin
kemenangannya. Akan tetapi yang terjadi adalah Sebaliknya, ia dan sejumlah
bawahannya tewas. Magelhaens pada saat itu berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta
yang setia meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan
penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya
menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya
bersahabat.
Dikarenakan
jumlah awak kapal yang tersisa hanya sedikit, sehingga tidak mungkin untuk
berlayar menggunakan tiga kapal, mereka kemudian menenggelamkan Concepción dan
berlayar dengan dua kapal yang masih tersisa, Trinidad dan Victoria ke tujuan
terakhir mereka, yaitu kepulauan Rempah. Setelah ke 2 kapal tersebut diisi
penuh dengan rempah-rempah, kemudian kedua kapal itu kembali berlayar secara
terpisah. Akan tetapi salah satu dari ke 2 kapal tersebut,Trinidad tertangkap
oleh Portugis dan kemudian awak kapalnya dipenjarakan.
Namun,
Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput.
Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko
melewati rute Portugal mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti
untuk mengisi perbekalan merupakan strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya
mencapai Spanyol pada tanggal 6 September 1522 tiga tahun sejak keberangkatan
mereka hanya 18 pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun
demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang berlayar
mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi pahlawan. Sungguh suatu
hal yang menakjubkan, muatan rempah Victoria seberat 26 ton menutup ongkos
seluruh ekspedisi!
Ketika
satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan
perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali, hanya 18 orang laki-laki dari
237 laki-laki yang berada di kapal pada awal keberangkatan. Di antara yang
selamat, terdapat dua orang Itali, Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus.
Martino de Judicibus (bahasa Spanyol: Martín de Judicibus) adalan orang dari
Genoa yang bertindak sebagai Kepala Pelayan. Ia bekerja dengan Ferdinand
Magellan pada perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan
Rempah-rempah Indonesia. Sejarah perjalanannya diabadikan dalam
pendaftaran nominatif pada Archivo General de Indias di Seville, Spanyol. Nama
keluarga ini disebut dengan patronimik Latin yang tepat, yakni: "de
Judicibus". Pada awalnya ia ditugaskan pada Caravel Concepción, satu dari
lima armada Spanyol milik Magellan. Martino de Judicibus memulai ekspedisi ini
dengan gelar kapten. (baca selengkapnya dalam buku "Sejarah Kolonial
Spanyol di Indonesia" oleh David DS Lumoindong.
Sebelum
menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua
sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut
kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano.
Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter
ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo.
Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya dengan
ikan dan garam.
Gudang
Kopi Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena kesuburan
tanahnya dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari
Amerika-Selatan untuk dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di- bangun Manado
sebagai menjadi pusat niaga bagi pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan
Cina. Nama Manado dicantumkan dalam peta dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas
Desliens‚ pada 1541. Manado juga menjadi daya tarik masyarakat Cina oleh kofi
sebagai komoditi ekspor masyarakat pedalaman Manado dan Minahasa. Para pedagang
Cina merintis pengembangan gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang kemudian
menjadi daerah pecinan dan pemukiman. Para pendatang dari daratan Cina berbaur
dan berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat
pluralistik di Manado dan Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan
Belanda.
Kemunculan
nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan niaga yang dilakukan
Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate .
Untuk itu Portugis melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado
dan Minahasa pada 1563 dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba
Adu Pengaruh di Laut Sulawesi
Antara
Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan Tafure. Kemudian
kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh pelaut Minahasa. Waktu itu
terjadi persaingan Portugis dan Spanyol dimana Spanyol merebut kedua pulau
tersebut. Pandey asal Tombulu yang menjadi raja di pulau itu lari dengan armada
perahunya kembali ke Minahasa, tapi karena musim angin barat lalu terdampar di
Gorontalo. Anak lelaki Pandey bernama Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba
di Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat menjadi panglima perang karena dia ahli
menembak meriam dan senapan Portugis untuk melawan penyerang dari Mongondouw di
wilayah itu. Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang Ternate dengan nama
“Watasina” karena ketika diserang armada Kora-kora Ternate untuk menhalau
Spanyol dari wilayah itu (buku “De Katholieken en hare Missie” tulisan A.J. Van
Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis dan Spanyol bersekongkol membunuh raja
Ternate sehinga membuat keributan besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang
Islam Ternate dan Tidore lari ke Ratahan. Serangan bajak laut meningkat di
Ratahan melalui Bentenan, bajak laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung.
Para budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan ketika malam hari armada perahu
bajak laut dirusak prajurit Ratahan Pasan. Kesimpulan sementara yang dapat kita
ambil dari kumpulan cerita ini adalah Penduduk asli wilayah ini adalah Touwuntu
di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai Toulumawak di pegunungan, mereka
adalah keturunan Opok Soputan abad ke-tujuh. Nama Opo' Soputan ini muncul lagi
sebagai kepala walak wilayah itu abad 16 dengan kepala walak kakak beradik Raliu
dan Potangkuman. Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari penduduk asli dan
para pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan
tawanan bajak laut mungkin dari Sangihe.
B.
Spanyol
Mulai Masuk perairan Indonesia
Awak kapal
Trinidad yang ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan kemudian dengan bantuan
pelaut Minahasa dan Babontewu dari kerajaan Manado mereka dapat meloloskan
diri. Ke 12 pelaut ini kemudian berdiam dipedalaman Minahasa, ke Amurang terus
ke Pontak, kemudian setelah beberapa tahun mereka dapat melakukan kontak
kembali dengan armada Spanyol yang telah kembali ke Pilipina. 1522 Spanyol
memulai kolonisasi di Sulawesi Utara 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado
Minahasa
memegang peranan sebagai lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha
penguasaan total terhadap Filipina. Pada tahun 1550 Spanyol telah mendirikan
benteng di Wenang dengan cara menipu Kepala Walak Lolong Lasut menggunakan
kulit sapi dari Benggala India yang dibawa Portugis ke Minahasa. Tanah seluas
kulit sapi yang dimaksud spanyol adalah tanah seluas tali yang dibuat dari
kulit sapi itu. Spanyol kemudian menggunakan orang Mongodouw untuk menduduki
benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an sehingga akhirnya Spanyol dapat
menduduki Minahasa. Dan Dotu Kepala Walak (Kepala Negara) Lolong Lasut punya
anak buah Tonaas Wuri' Muda.
Nama Kema
dikaitkan dengan pembangunan pangkalan militer Spanyol ketika Bartholomeo de
Soisa mendarat pada 1651 dan mendirikan pelabuhan di daerah yang disebutnya ‘La
Quimas.’ Penduduk setempat mengenal daerah ini dengan nama ‘Maadon’ atau juga
‘Kawuudan.’ Letak benteng Spanyol berada di muara sungai Kema, yang disebut
oleh Belanda, "Spanyaardsgat, " atau Liang Spanyol.
Dr. J.G.F.
Riedel menyebutkan bahwa armada Spanyol sudah mendarat di Kema tepat 100 tahun
sebelumnya.Kema berkembang sebagai ibu negeri Pakasaan Tonsea sejak era
pemerintahan Xaverius Dotulong, setelah taranak-taranak Tonsea mulai
meninggalkan negeri tua, yakni Tonsea Ure dan mendirikan perkampungan-
perkampungan baru. Surat Xaverius Dotulong pada 3 Februrari 1770 kepada
Gubernur VOC di Ternate mengungkapkan bahwa ayahnya, I. Runtukahu Lumanauw
tinggal di Kema dan merintis pembangunan kota ini. Hal ini diperkuat oleh para
Ukung di Manado yang mengklaim sebagai turunan dotu Bogi, putera sulung dari
beberapa dotu bersaudara seperti juga dikemukakan Gubernur Ternate dalam surat
balasannya kepada Xaverius Dotulong pada 1 November 1772.
Asal nama Kema
Misionaris
Belanda, Domine Jacobus Montanus dalam surat laporan perjalanannya pada 17
November 1675, menyebutkan bahwa nama Kema, yang mengacu pada istilah Spanyol,
adalah nama pegunungan yang membentang dari Utara ke Selatan. Ia menulis bahwa
kata ‘Kima’ berasal dari bahasa Minahasa yang artinya Keong. Sedangkan
pengertian ‘Kema’ yang berasal dari kata Spanyol, ‘Quema’ yaitu, nyala, atau
juga menyalakan. Pengertian itu dikaitkan dengan perbuatan pelaut Spanyol
sering membuat onar membakar daerah itu. Gubernur Robertus Padtbrugge dalam
memori serah terima pada 31 Agustus 1682 menyebutkan tempat ini dengan sebutan
"Kemas of grote Oesterbergen, " artinya adalah gunung-gunung besar
menyerupai Kerang besar. Sedangkan dalam kata Tonsea disebut ‘Tonseka,’ karena
berada di wilayah Pakasaan Tonsea.
Hendrik
Berton dalam memori 3 Agustus 1767, melukiskan Kema selain sebagai pelabuhan
untuk musim angin Barat, juga menjadi ibu negeri Tonsea. Hal ini terjadi akibat
pertentangan antara Manado dengan Kema oleh sengketa sarang burung di pulau
Lembeh. Pihak ukung-ukung di Manado menuntut hak sama dalam bagi hasil dengan
ukung-ukung Kema. Waktu itu Ukung Tua Kema adalah Xaverius Dotulong.
Portugis
dan Spanyol merupakan tumpuan kekuatan gereja Katholik Roma memperluas wilayah
yang dilakukan kesultanan Ottoman di Mediterania pada abad ke-XV. Selain itu
Portugis dan Spanyol juga tempat pengungsian pengusaha dan tenaga-tenaga
terampil asal Konstantinopel ketika dikuasai kesultanan Ottoman dari Turki pada
1453. Pemukiman tersebut menyertakan alih pengetahuan ekonomi dan maritim di
Eropa Selatan. Sejak itupun Portugis dan Spanyol menjadi adikuasa di Eropa.
Alih
pengetahuan diperoleh dari pendatang asal Konstantinopel yang memungkinkan bagi
kedua negeri Hispanik itu melakukan perluasan wilayah-wilayah baru diluar
daratan Eropa dan Mediterania. Sasaran utama adalah Asia-Timur dan
Asia-Tenggara. Mulanya perluasan wilayah antara kedua negeri terbagi dalam
perjanjian Tordisalles, tahun 1492. Portugis kearah Timur sedangkan Spanyol ke
Barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa bumi itu bulat. Baru disadari ketika
kapal-kapal layar kedua belah pihak bertemu di perairan Laut Sulawesi.
Kenyataan ini juga menjadi penyebab terjadi proses reformasi gereja, karena
tidak semua yang menjadi "fatwa" gereja adalah Undang-Undang, hingga
citra kekuasaan Paus sebagai penguasa dan wakil Tuhan di bumi dan sistem
pemerintahan absolut theokratis ambruk. Keruntuhan ini terjadi dengan munculnya
gereja Protestan rintisan Martin Luther dan Calvin di Eropa yang kemudian
menyebar pula ke berbagai koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika.
Dari
kesepakatan Tordisalles itu, Portugis menelusuri dari pesisir pantai Afrika dan
samudera Hindia. Sedangkan Spanyol menelusuri Samudera Atlantik, benua Amerika
Selatan dan melayari samudera Pasifik. Pertemuan terjadi ketika kapal-kapal
Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan menelusuri Pasifik dan tiba di pulau Kawio,
gugusan kepulauan Sangir dan Talaud di Laut Sulawesi pada 1521. Untuk mencegah
persaingan di perairan Laut Sulawesi dan Maluku Utara, kedua belah pihak
memperbarui jalur lintas melalui perjanjian Saragosa pada tahun 1529.
Perjanjian tersebut membagi wilayah dengan melakukan batas garis tujuhbelas
derajat lintang timur di perairan Maluku Utara. Namun dalam perjanjian
tersebut, Spanyol merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan
gugusan kepulauan penghasil rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi
menuju Pasifik Barat pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu lima kapal
Spanyol dengan 370 awak kapal pimpinan Ruy Lopez de Villalobos menuju gugusan
Pasifik Barat dari Mexico . Tujuannya untuk melakukan perluasan wilayah dan
sekaligus memperoleh konsesi perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.
Dari
pelayaran ini Villalobos mendarat digugusan kepulauan Utara disebut Filipina,
di ambil dari nama putera Raja Carlos V, yakni Pangeran Philip, ahli waris
kerajaan Spanyol. Sekalipun Filipina tidak menghasilkan rempah-rempah, tetapi
kedatangan Spanyol digugusan kepulauan tersebut menimbulkan protes keras dari
Portugis. Alasannya karena gugusan kepulauan itu berada di bagian Barat, di
lingkungan wilayahnya. Walau mengkonsentrasikan perhatiannya di Amerika-Tengah,
Spanyol tetap menghendaki konsesi niaga rempah-rempah Maluku-Utara yang juga
ingin didominasi Portugis. Tetapi Spanyol terdesak oleh Portugis hingga harus
mundur ke Filipina. Akibatnya Spanyol kehilangan pengaruh di Sulawesi Utara
yang sebelumnya menjadi kantong ekonomi dan menjalin hubungan dengan masyarakat
Minahasa.
Peperangan
di Filipina Selatan turut memengaruhi perekonomian Spanyol. Penyebab utama
kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan pendayung yang melayani
kapal-kapal Spanyol. Sistem perkapalan Spanyol bertumpu pada pendayung yang
umumnya terdiri dari budak-budak Spanyol. Biasanya kapal Spanyol dilayani
sekitar 500 - 600 pendayung yang umumnya diambil dari penduduk wilayah yang dikuasai
Spanyol. Umumnya pemberontakan para pendayung terjadi bila ransum makanan
menipis dan terlalu dibatasi dalam pelayaran panjang, untuk mengatasinya
Spanyol menyebarkan penanaman palawija termasuk aneka ragam cabai (rica), jahe
(goraka), kunyit dll.
Kesemuanya
di tanam pada setiap wilayah yang dikuasai untuk persediaan logistik makanan
awak kapal dan ratusan pendayung. Pergerakan Mengusir Penjajahan lawan Spanyol
Minahasa juga pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan
berakhir tahun 1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap
orang-orang Minahasa, terutama dalam hal perdagangan beras, sebagai komoditi
utama waktu itu. Perang terbuka terjadi nanti pada tahun 1644-1646. Akhir dari
perang itu adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para
waranei (ksatria-ksatria Minahasa).
C.
Dampak
Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia Utara
Diplomasi
para pemimpin pemerintahan Walak mendekati Belanda berhasil mengusir Spanyol
dari Minahasa. Namun konsekwensi yang harus dialami adalah rintisan jalur niaga
laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak abad ke-17 terhenti dan
memengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab jalur niaga ini sangat
bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik. Sejak itupun pelabuhan Manado
menjadi sepi dan tidak berkembang yang turut memengaruhi pengembangan kawasan
Indonesia bagian Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak, pelabuhan
Manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari Selatan (berpusat di
Surabaya, Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-XVIII) ke
Asia-Timur melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat
laut Cina Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal.
Sedangkan
semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina Selatan, Selat
Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang merupakan pusat
perdagangan dunia. Sebagai akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut
Sulawesi secara langsung dengan dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran
semua komoditi diseluruh gugusan nusantara melulu diatur oleh Batavia yang
mengendalikan semua jaringan tata-niaga dibawah kebijakan satu pintu. Penekanan
ini membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk pedalaman
Minahasa.
D.
Garis
waktu kolonialisasi
Kolonialisasi Spanyol
· 1521 Spanyol memulai petualangannya
di Sulawesi Utara
· 1560 Spanyol mendirikan pos di
Manado.
· 1617 Gerakan perlawanan rakyat
Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.
· 1646 Spanyol di usir dari Minahasa
dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi
kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan
mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tujuan kedatangan
bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari
kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8
November 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui
Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Disini bangsa Spanyol
diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate merasa
terancam dan tidak mau disaingi sesama bangsa Eropa, yang dianggap akan
mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian
di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan
Tidore.
·
1521
Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara
·
1560
Spanyol mendirikan pos di Manado.
·
1617
Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial
Spanyol.
·
1646
Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol
masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi
gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.
Pelaut
Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 setelah terlebih
dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa Spanyol
dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate.
Maka pada tahun 1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya
antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol memperoleh wilayah perdagangan di
Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di Kepulauan Maluku.
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono. 1975. Sejarah
Nasional Indonesia IV- Abad-kesembilanbelas-( 1800-1900). Jakarta: Balai
Pustaka.
www.belajarsejarah.com
http://www.ilmusocial.com/sejarah-masuknya-bangsa-spanyol-ke-indonesia/
http://www.sejarawan.com/158-sejarah-masuknya-bangsa-spanyol-ke-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar