SEJARAH MANUSIA
PURBA DI INDONESIA
1. Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba yang
tertua di Indonesia. Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata-kata berikut
ini:
1. Mega yang artinya
adalah "besar".
2. Anthropus yang artinya
adalah "manusia".
3. Paleo yang artinya
adalah "paling tua/tertua".
4. Javanicus yang artinya
adalah "Jawa".
Jadi
Meganthropus Paleojavanicus artinya adalah "manusia bertubuh besar yang
paling tua dari Pulau Jawa".
Meganthropus
Paleojavanicus diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu. Fosil ini
pertama kali ditemukan oleh G.H.R
von Koenigswald pada
tahun 1936 dan berakhir 1941 di Situs Sangiran,
yaitu rahang bawah dan rahang atas. Ketika pertama ditemukan, von
Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus karena
memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Pithecanthropus erectus (Homo
erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran.
Selanjutnya
fosil serupa juga ditemukan oleh Marks tahun 1952 berupa rahang bawah.
Meganthropus diperkirakan hidup 2 juta sampai
1 juta tahun yang lalu, di masa Paleolithikum atau Zaman Batu Tua. Meganthropus memiliki
kelebihan pada bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan manusia purba
lainnya.
Ciri Ciri :
• Memiliki tulang rahang yang kuat
• Tidak memiliki dagu
• Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi
lebih mendekati kera.
• Berbadan besar dan tegap
• Tonjolan tulang pipi yang tebal,
• Tonjolan kening tebal
• Memiliki otot-otot kuat
• Termasuk sebagai pemakan tumbuhan
Pola
kehidupan
Mereka hidup dengan
cara mengumpulkan makanan (food gathering) makanan mereka utamanya berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus
sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.
Budaya
Pada saat itu meganthropus hidup pada zaman batu tua
(Paleolithikum) Kehidupan
manusia purba pada saat itu belum memiliki tempat tinggal yang tetap atau nomaden.
Peninggalan
Budaya
Alat-alat
batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya
masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan
antara batu yang satu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk
kapak, mereka pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya,
hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu :
Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
Hasil Kebudayaan yang lainya
Zaman batu tua (ringkasan)
·
Kebudayaan
Pacitan
·
Kapak
Genggam
·
Kapak
Perimbas
·
Alat
serpih (Flake)
·
Kebudayaan
Ngandong
·
Kapak
Genggam
·
Alat-alat
tulang dan tanduk rusa
·
Alat
serpih (Flake) - Berburu dan mengumpulkan
makanan (Hunting and Food Gayhering)
Manusia
Pendukung
Berdasarkan
penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah
Pithecanthropus Erectus. Sedangkan sebagai pendukung kebudayaan Ngandong adalah
Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Kehidupan
Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia
purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan
(hunting and food gathering). Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di
sungai. Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden).
2.
PITENCHANTROPUS
ERECTUS
Pada saat zaman batu, bumi dihuni oleh
manusia – manusia purba yang mendiami sebagian wilyahnya. Salah satu jenis dari
manusia purba itu adalah pithecanthropus erectus. Nama ini berasal dari bahasa
Latin yang berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Fosil mereka pertama kali ditemukan oleh
Eugene Dubois pada tahun 1890 di sekitar desa Trinil, wilayah Ngawi, Jawa Timur
di sekitar Lembah Sungai Bengawan Solo. Manusia purba Pithecanthropus Erectus
memiliki kedudukan diantara manusia dan kera, dengan kata lain mereka mirip
seperti kera tetapi dapat berjalan seperti manusia.
Manusia purba pithecanthropus erectus hidup pada masa Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir. Pada masa – masa itu, daerah tempat tinggal mereka diperkirakan masih berupa padang rumput dengan pepohonan yang tidak terlalu padat.
Manusia purba pithecanthropus erectus hidup pada masa Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir. Pada masa – masa itu, daerah tempat tinggal mereka diperkirakan masih berupa padang rumput dengan pepohonan yang tidak terlalu padat.
Dalam aktivitas sehari –harinya, mereka sudah
mampu membuat alat – alat sederhana dari bahan batu – batuan, seperti kapak
penetak (chopping tool), kapak perimbas (chopper), dan alat penyerpih yang
terbuat dari tulang hewan (flake).
Manusia purba jenis ini sangat bergantung
dengan ketersediaan sumber daya alam. Pithecanthropus Erectus memenuhi
kehidupan sehari – harinya dengan cara mengambil bahan – bahan yang telah
disediakan oleh alam, seperti berburu dan mengumpulkan makanan. Karena pola
hidup ini lah mereka selalu berpindah – pindah dari suatu tempat ke tempat lain
(nomaden). Apablia suatu daerah sudah tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan
hidupnya, maka mereka akan pindah ke tempat lain yang memiliki sumber daya alam
yang melimpah.
Dalam kehidupan sosial mereka,
Pithecanthropus Erectus hidup berkelompok dan telah mengenal sistem pembagian
tugas kerja. Para lelaki bertugas memburu binatang, sedangkan para wanita
bertugas untuk mengumpulkan makanan baik tumbuh – tumbuhan maupun buah – buahan.
Ciri – Ciri Pithecanthropus Erectus
Berdasarkan fosil – fosil yang telah
ditemukan, dapat diketahui bahwa Pithecanthropus Erectus memiliki ciri – ciri
yang khas. Adapun ciri – ciri mereka adalah sebagai berikut ini:
a. Pithecanthropus Erectus memiliki tubuh
yang tingginya kira-kira 165-180 cm.
b. Memiliki badan yang tegap, tetapi
tidak setegap tubuh Meganthropus.
c. Memiliki tonjolan yang tebal pada
kening dan melintang di sepanjang pelipis.
d. Memiliki otot kunyah yang tidak sekuat
milik Meganthropus.
e. Memiliki volume otak sekitar 900 cc.
f. Memiliki hidung yang lebar dan tidak
memiliki dagu.
g. Mengkonsumsi makanan – makanan yang
bervariasi, seperti tumbuhan dan daging binatang.
Jenis – Jenis Pithecanthropus Erectus
Manusia purba Pithecanthropus Erectus
memiliki beberapa jenis yang diklasifikasikan berdasarkan tempat atau daerah
ditemukannya fosil mereka. Adapun jenis – jenis manusi purba ini antara lain:
a)
Pithecanthropus
Mojokertensis
Fosil manusia purba Pithecanthropus
Mojokertensis ditemukan pada tahun 1936 oleh Weidenreich, di sekitar desa
Jetis, Mojokerto. Fosil tersebut berupa tulang – tulang tengkorak dan tulang
paha yang digali dalam perut bumi. Adapun ciri – ciri dari manusia purba
Pithecanthropus Mojokertensis, adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki tubuh yang tegak
2. Tidak memiliki dagu
3. Kening menonjol
4. Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
5. Memiliki volume otak sekitar 750 – 1.300 cc
6. Memiliki tulang rahang dan geraham yang cukup kuat
7. Memiliki tulang tengkorak yang tebal
8. Memiliki bentuk tengkorak yang lonjong
9. Hidup sekitar tahun 2 – 2,5 juta tahun yang lalu
2. Tidak memiliki dagu
3. Kening menonjol
4. Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
5. Memiliki volume otak sekitar 750 – 1.300 cc
6. Memiliki tulang rahang dan geraham yang cukup kuat
7. Memiliki tulang tengkorak yang tebal
8. Memiliki bentuk tengkorak yang lonjong
9. Hidup sekitar tahun 2 – 2,5 juta tahun yang lalu
b)
Pithecanthropus
Soloensis
Pithecantropus Soloensis disebut juga
denga manusi kera dari Solo. Fosil mereka ditemukan oleh G.H.R. Von
Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar di sekitar lembah Sungai Bengawan Solo,
sekitar tahun 1931-1934. Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar
900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu dan diperkirakan juga terdapat di daerah
Sumatera, Kalimantan, bahkan Cina.
c)
Pithecanthropus
Robustus
Fosil Pithecanthropus Robustus pertama
kali ditemukan oleh weidenreich dan Von koenigswald pada tahun 1939 di lembah
Bengawan Solo. Fosil ini ditemukan setelah menggali permukaan kulit bumi hingga
lapisan pleistosen bawah. Berdasarkan fosil tersebut, Von koenigswald
menganggap fosil Pithecanthropus Robustus merupakan jenis yang sama dengan
pithecanthropus Mojokertensis.
Selain ditemukan fosil mereka,
penelitian tersebut ditemukan fosil alat-alat purba. Adapun fosil alat – alat
yang ditemukan diantaranya adalah:
–
Kapak penetak
– Kapak perimbas
– Pahat gengam
– Kapak gengam
– Alat serpih
– Alat-alat tulang
– Kapak perimbas
– Pahat gengam
– Kapak gengam
– Alat serpih
– Alat-alat tulang
3.
HOMO SAPIENS
Homo sapiens merupakan manusia purba modern yang
memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Homo sapiens
disebut pula manusia berbudaya karena peradaban mereka cukup tinggi.
Dibandingkan dengan manusia purba sebelumnya, Homo sapiens lebih banyak
meninggalkan benda-benda berbudaya. Diduga, mereka inilah yang menjadi nenek
moyang bangsa-bangsa di dunia. (Baca juga : Jenis-jenis manusia purba di
Indonesia)
Fosil Homo sapiens
di Indonesia ditemukan di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur, oleh Von
Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil pertama yang ditemukan
di Indonesia, yang diberi nama Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak. Fosil
ini kemudian diteliti ulang oleh Eugene Dubois. Manusia purba ini memiliki
tinggi badan 130-210 cm, berat badan 30-150 kg, dan volume otak 1350-1450 cc. Homo
Wajakensis diperkirakan hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu. Homo
Wajakensis memiliki persamaan dengan orang Australia purba (Austroloid).
Sebuah tengkorak kecil
dari seorang wanita, sebuah rahang bawah, dan sebuah rahang atas dari manusia
purba itu sangat mirip dengan manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan
di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia. Di Asia
Tenggara ditemukan pula manusia purba jenis ini di antaranya di Serawak,
Filipina, dan Cina Selatan.
Berdasarkan
penemuan-penemuan fosil tersebut, timbul pertanyaan yang mendasar: apakah Homo
sapiens (manusia modern, seperti kita) merupakan kelanjutan dari manusia
Pithecanthropus (manusia kera)? Apakah keduanya masih dalam satu spesies yang
sama? Pertanyaan-pertanyaan tersebut belum bisa dijawab oleh para ahli karena
tidak adanya mata rantai yang dapat menghubungkan ”benang merah” antar
keduanya. Sedangkan agama monotheis (Islam, Kristen, Yahudi) menyatakan bahwa
manusia (homo sapiens) merupakan keturunan Nabi Adam dan tidak ada
sangkut pautnya dengan manusia purba manapun.
4.
HOMO WAJAKENSIS
Homo Wajakensis merupakan jeni-jenis
manusia purba jenis homo dengan ciri-ciri homo wajakensis agar kita lebih mudah
membedakan manusia purba jenis homo. Pada tahun 1889, von Reitschoten
menemukan fosil manusia purba jenis Homo di daerah Wajak dekat Campur Darat, Tulungagung
(Jawa Timur). Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois yang berupa
ruas leher dan tengkorak yang mempunyai isi kurang lebih 1.630 cc.
Selain itu,
Eugene Dubois pada tahun 1890 menemukan fosil di daerah Wajak yang terdiri atas
fragmen tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang kering, serta tulang paha.
Penemuan fosil manusia purba di daerah Wajak ini dinamakan Homo Wajakensis atau
Manusia dari Wajak. Homo Wajakensis ini mempunyai tingkatan lebih tinggi
daripada Pithecanthropus Erectus
dan tergolong dalam jenis Homo Sapiens
Ciri-Ciri Manusia jenis Homo dari Wajak termasuk ras yang masih sulit ditentukan karena ia memiliki
ciri-ciri ras Mongoloid dan juga Austromelanesoid atau mungkin berasal dari
subras Melayu Indonesia dan turut berevolusi menjadi ras Austromelanesoid
sekarang. Ras Wajak ini mungkin meliputih juga manusia yang hidup sekitar
25.000-40.000 tahun yang lalu di Asia Tenggara, seperti manusia Niah di Serawak
(Malaysia) dan manusia Tabon di Pulau Palawan (Filipina). Di Cina Selatan juga
pernah ditemukan fragmen rahang atas yang menyerupai manusia Wajak. Temuan
manusia Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu di Indonesia
sudah didiami oleh manusia jenis Homo Sapiens. Dengan demikian, manusia Wajak
dapat dianggap sebagai ras tersendiri, yaitu subras Melayu Indonesia.
5.
HOMO SOLOENSIS
Pada tahun 1931-1934, von Koenigswald
dan Weidenrich menemukan fosil-fosil manusia
purba di lembah Sungai Bengawan Solo di dekat Desa Ngandong.
Jenis manusia purba dari lembah Bengawan Solo tersebut dinamakan Homo Soloensis
atau manusia dari Solo. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa
ternyata manusia
purba jenis Homo
Soloensis lebih tinggi tingkatannya dari pada Pithec
Bahkan,
sebagian para ahli menggolongkan ke dalam kelompok Homo Neanderthalensis, yang
merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari daratan Eropa yang sama-sama
hidup dilapisan Pleistosen Atas.
Menurut para ahli, Homo Soloensis dan Homo Neandhertalensis merupakan
hasil evolusi dari Pithecanthropus
Mojokertensis. Berdasarkan penelitian fosil-fosil yang ditemukan, Homo
Soloensis mempunyai ciri-ciri, antara lain sebagai berikut.
Ciri-Ciri Homo Soloensis (Manusia Purba dari Solo)
Ciri-Ciri Homo Soloensis (Manusia Purba dari Solo)
- Otak kecilnya lebih besar daripada otak kecil Pithecanthropus Erectus.
- Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus dengan volumenya berkisar 1.000-1.300 cc.
- Tonjolan kening agak terputus ditengah (di atas hidung).
- berbadan tegap dan tingginya kurang lebih 180 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar