Minggu, 02 Oktober 2016

SEJARAH MANUSIA PURBA DI INDONESIA



SEJARAH MANUSIA PURBA DI INDONESIA

1.    Meganthropus paleojavanicus


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg03BRo0tand69cFztk8h6Gr0pAnz21xP9fQvHUqG-4MmJmaqIooL4COfjbFRhU1wkblU54yGF1YnR_OOw2qArkkLw69dBmkBMavdMM36KhqIXXI3vCQhEARTHEILL7i6-1gIdBM2p_b76-/s1600/Meganthropus+Palaeojavanicus.png
 














Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba yang tertua di Indonesia. Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata-kata berikut ini:
1.    Mega yang artinya adalah "besar".
2.    Anthropus yang artinya adalah "manusia".
3.    Paleo yang artinya adalah "paling tua/tertua".
4.    Javanicus yang artinya adalah "Jawa".
Jadi Meganthropus Paleojavanicus artinya adalah "manusia bertubuh besar yang paling tua dari Pulau Jawa".

Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936 dan berakhir 1941 di Situs Sangiran, yaitu rahang bawah dan rahang atas. Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus karena memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Pithecanthropus erectus (Homo erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran.
Selanjutnya fosil serupa juga ditemukan oleh Marks tahun 1952 berupa rahang bawah.
Meganthropus diperkirakan hidup 2 juta sampai 1 juta tahun yang lalu, di masa Paleolithikum atau Zaman Batu Tua. Meganthropus memiliki kelebihan pada bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan manusia purba lainnya.

Ciri Ciri :
•      Memiliki tulang rahang yang kuat
•      Tidak memiliki dagu
•      Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.
•      Berbadan besar dan tegap
•      Tonjolan tulang pipi yang tebal,
•      Tonjolan kening tebal
•      Memiliki otot-otot kuat       
•      Termasuk sebagai pemakan tumbuhan

Pola kehidupan
Mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering) makanan mereka utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.

Budaya
Pada saat itu meganthropus hidup pada zaman batu tua (Paleolithikum) Kehidupan manusia purba pada saat itu belum memiliki tempat tinggal yang tetap atau nomaden.
Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak, mereka pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu : Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
Hasil Kebudayaan yang lainya Zaman batu tua (ringkasan)
·         Kebudayaan Pacitan
·         Kapak Genggam
·         Kapak Perimbas
·         Alat serpih (Flake)
·         Kebudayaan Ngandong
·         Kapak Genggam
·         Alat-alat tulang dan tanduk rusa
·         Alat serpih (Flake)    -    Berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food Gayhering)

Manusia Pendukung
Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus Erectus. Sedangkan sebagai pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Kehidupan Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering). Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di sungai. Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden).

2.    PITENCHANTROPUS ERECTUS








Pada saat zaman batu, bumi dihuni oleh manusia – manusia purba yang mendiami sebagian wilyahnya. Salah satu jenis dari manusia purba itu adalah pithecanthropus erectus. Nama ini berasal dari bahasa Latin yang berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Fosil mereka pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di sekitar desa Trinil, wilayah Ngawi, Jawa Timur di sekitar Lembah Sungai Bengawan Solo. Manusia purba Pithecanthropus Erectus memiliki kedudukan diantara manusia dan kera, dengan kata lain mereka mirip seperti kera tetapi dapat berjalan seperti manusia.
Manusia purba pithecanthropus erectus hidup pada masa Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir. Pada masa – masa itu, daerah tempat tinggal mereka diperkirakan masih berupa padang rumput dengan pepohonan yang tidak terlalu padat.
Dalam aktivitas sehari –harinya, mereka sudah mampu membuat alat – alat sederhana dari bahan batu – batuan, seperti kapak penetak (chopping tool), kapak perimbas (chopper), dan alat penyerpih yang terbuat dari tulang hewan (flake).
Manusia purba jenis ini sangat bergantung dengan ketersediaan sumber daya alam. Pithecanthropus Erectus memenuhi kehidupan sehari – harinya dengan cara mengambil bahan – bahan yang telah disediakan oleh alam, seperti berburu dan mengumpulkan makanan. Karena pola hidup ini lah mereka selalu berpindah – pindah dari suatu tempat ke tempat lain (nomaden). Apablia suatu daerah sudah tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, maka mereka akan pindah ke tempat lain yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Dalam kehidupan sosial mereka, Pithecanthropus Erectus hidup berkelompok dan telah mengenal sistem pembagian tugas kerja. Para lelaki bertugas memburu binatang, sedangkan para wanita bertugas untuk mengumpulkan makanan baik tumbuh – tumbuhan maupun buah – buahan.

Ciri – Ciri Pithecanthropus Erectus

Berdasarkan fosil – fosil yang telah ditemukan, dapat diketahui bahwa Pithecanthropus Erectus memiliki ciri – ciri yang khas. Adapun ciri – ciri mereka adalah sebagai berikut ini:
a.    Pithecanthropus Erectus memiliki tubuh yang tingginya kira-kira 165-180 cm.
b.    Memiliki badan yang tegap, tetapi tidak setegap tubuh Meganthropus.
c.    Memiliki tonjolan yang tebal pada kening dan melintang di sepanjang pelipis.
d.    Memiliki otot kunyah yang tidak sekuat milik Meganthropus.
e.    Memiliki volume otak sekitar 900 cc.
f.     Memiliki hidung yang lebar dan tidak memiliki dagu.
g.    Mengkonsumsi makanan – makanan yang bervariasi, seperti tumbuhan dan daging binatang.

Jenis – Jenis Pithecanthropus Erectus

Manusia purba Pithecanthropus Erectus memiliki beberapa jenis yang diklasifikasikan berdasarkan tempat atau daerah ditemukannya fosil mereka. Adapun jenis – jenis manusi purba ini antara lain:

a)    Pithecanthropus Mojokertensis
Fosil manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan pada tahun 1936 oleh Weidenreich, di sekitar desa Jetis, Mojokerto. Fosil tersebut berupa tulang – tulang tengkorak dan tulang paha yang digali dalam perut bumi. Adapun ciri – ciri dari manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis, adalah sebagai berikut:
1. Memiliki tubuh yang tegak
2. Tidak memiliki dagu
3. Kening menonjol
4. Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
5. Memiliki volume otak sekitar 750 – 1.300 cc
6. Memiliki tulang rahang dan geraham yang cukup kuat
7. Memiliki tulang tengkorak yang tebal
8. Memiliki bentuk tengkorak yang lonjong
9. Hidup sekitar tahun 2 – 2,5 juta tahun yang lalu

b)   Pithecanthropus Soloensis
Pithecantropus Soloensis disebut juga denga manusi kera dari Solo. Fosil mereka ditemukan oleh G.H.R. Von Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar di sekitar lembah Sungai Bengawan Solo, sekitar tahun 1931-1934. Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu dan diperkirakan juga terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, bahkan Cina.

c)    Pithecanthropus Robustus
Fosil Pithecanthropus Robustus pertama kali ditemukan oleh weidenreich dan Von koenigswald pada tahun 1939 di lembah Bengawan Solo. Fosil ini ditemukan setelah menggali permukaan kulit bumi hingga lapisan pleistosen bawah. Berdasarkan fosil tersebut, Von koenigswald menganggap fosil Pithecanthropus Robustus merupakan jenis yang sama dengan pithecanthropus Mojokertensis.
Selain ditemukan fosil mereka, penelitian tersebut ditemukan fosil alat-alat purba. Adapun fosil alat – alat yang ditemukan diantaranya adalah:
– Kapak penetak
– Kapak perimbas
– Pahat gengam
– Kapak gengam
– Alat serpih
– Alat-alat tulang

3.    HOMO SAPIENS


 








Homo sapiens merupakan manusia purba modern yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Homo sapiens disebut pula manusia berbudaya karena peradaban mereka cukup tinggi. Dibandingkan dengan manusia purba sebelumnya, Homo sapiens lebih banyak meninggalkan benda-benda berbudaya. Diduga, mereka inilah yang menjadi nenek moyang bangsa-bangsa di dunia. (Baca juga : Jenis-jenis manusia purba di Indonesia)
Fosil Homo sapiens di Indonesia ditemukan di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur, oleh Von Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil pertama yang ditemukan di Indonesia, yang diberi nama Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak. Fosil ini kemudian diteliti ulang oleh Eugene Dubois. Manusia purba ini memiliki tinggi badan 130-210 cm, berat badan 30-150 kg, dan volume otak 1350-1450 cc. Homo Wajakensis diperkirakan hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu. Homo Wajakensis memiliki persamaan dengan orang Australia purba (Austroloid).
Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita, sebuah rahang bawah, dan sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip dengan manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia. Di Asia Tenggara ditemukan pula manusia purba jenis ini di antaranya di Serawak, Filipina, dan Cina Selatan.
Berdasarkan penemuan-penemuan fosil tersebut, timbul pertanyaan yang mendasar: apakah Homo sapiens (manusia modern, seperti kita) merupakan kelanjutan dari manusia Pithecanthropus (manusia kera)? Apakah keduanya masih dalam satu spesies yang sama? Pertanyaan-pertanyaan tersebut belum bisa dijawab oleh para ahli karena tidak adanya mata rantai yang dapat menghubungkan ”benang merah” antar keduanya. Sedangkan agama monotheis (Islam, Kristen, Yahudi) menyatakan bahwa manusia (homo sapiens) merupakan keturunan Nabi Adam dan tidak ada sangkut pautnya dengan manusia purba manapun.

4.    HOMO WAJAKENSIS


 












Homo Wajakensis merupakan jeni-jenis manusia purba jenis homo dengan ciri-ciri homo wajakensis agar kita lebih mudah membedakan manusia purba jenis homo. Pada tahun 1889, von Reitschoten menemukan fosil manusia purba jenis Homo di daerah Wajak dekat Campur Darat, Tulungagung (Jawa Timur). Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois yang berupa ruas leher dan tengkorak yang mempunyai isi kurang lebih 1.630 cc.
Selain itu, Eugene Dubois pada tahun 1890 menemukan fosil di daerah Wajak yang terdiri atas fragmen tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang kering, serta tulang paha. Penemuan fosil manusia purba di daerah Wajak ini dinamakan Homo Wajakensis atau Manusia dari Wajak. Homo Wajakensis ini mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada Pithecanthropus Erectus dan tergolong dalam jenis Homo Sapiens

Ciri-Ciri Manusia jenis Homo dari Wajak termasuk ras yang masih sulit ditentukan karena ia memiliki ciri-ciri ras Mongoloid dan juga Austromelanesoid atau mungkin berasal dari subras Melayu Indonesia dan turut berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang. Ras Wajak ini mungkin meliputih juga manusia yang hidup sekitar 25.000-40.000 tahun yang lalu di Asia Tenggara, seperti manusia Niah di Serawak (Malaysia) dan manusia Tabon di Pulau Palawan (Filipina). Di Cina Selatan juga pernah ditemukan fragmen rahang atas yang menyerupai manusia Wajak. Temuan manusia Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu di Indonesia sudah didiami oleh manusia jenis Homo Sapiens. Dengan demikian, manusia Wajak dapat dianggap sebagai ras tersendiri, yaitu subras Melayu Indonesia. 

5.    HOMO SOLOENSIS


 









Pada tahun 1931-1934, von Koenigswald dan Weidenrich menemukan fosil-fosil manusia purba di lembah Sungai Bengawan Solo di dekat Desa Ngandong. Jenis manusia purba dari lembah Bengawan Solo tersebut dinamakan Homo Soloensis atau manusia dari Solo. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ternyata manusia purba jenis Homo Soloensis lebih tinggi tingkatannya dari pada Pithec
Bahkan, sebagian para ahli menggolongkan ke dalam kelompok Homo Neanderthalensis, yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari daratan Eropa yang sama-sama hidup dilapisan Pleistosen Atas. Menurut para ahli, Homo Soloensis dan Homo Neandhertalensis merupakan hasil evolusi dari Pithecanthropus Mojokertensis.  Berdasarkan penelitian fosil-fosil yang ditemukan, Homo Soloensis mempunyai ciri-ciri, antara lain sebagai berikut.

Ciri-Ciri Homo Soloensis (Manusia Purba dari Solo)
  • Otak kecilnya lebih besar daripada otak kecil Pithecanthropus Erectus.
  • Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus dengan volumenya berkisar 1.000-1.300 cc.
  • Tonjolan kening agak terputus ditengah (di atas hidung).
  • berbadan tegap dan tingginya kurang lebih 180 cm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar